Keluarga rambut merah. Keluarga yang terdiri dari 9 bersaudara berambut merah.
- Anak pertama, Shirayuki (dari red haired snow white)
- Anak ke dua, Yona (dari Akatsuki no Yona)
- Anak ke tiga, Hilda (dari Cross Ange: Tenshi to Ryuu no Rondo)
- Anak ke empat, Kurisu (dari Steins Gate)
- Anak ke lima, Mikorin (dari Gekkan Shoujo Nozaki-kun)
- Anak ke enam, Maki (dari Love Live)
- Anak ke tujuh, Haruki (dari Akuma no Riddle)
- Anak ke delapan, Kyouko (dari Puella Magica Madoka)
- Anak ke sembilan, Akkarin (dari Yuru-Yuri)
Selamat menikmati :3
Di Minggu siang yang masih cerah
dan panas, Shirayuki, Yona dan Kurisu, masih sibuk dengan kegiatan mereka
masing-masing di ruang keluarga. Mereka bertiga asyik membaca buku yang mereka bawa
di tempat kesukaan mereka masing-masing. Kurisu dan Shirayuki di pojok
sementara Yona di depan meja berbentuk kotak yang letaknya di antara sofa
panjang dan televisi.
Tak lama kemudian, Mikorin masuk ke
ruang keluarga tanpa mengatakan sepatah kata pun dengan tangan membawa sebuah
komik. Lalu memposisikan dirinya senyaman mungkin di sofa panjang yang ada di
ruang keluarga dan mulai tenggelam ke dalam bacaan komiknya. Mikorin
satu-satunya anak yang dilahirkan dengan jenis kelamin laki-laki dalam keluarga
ini. Sebetulnya nama aslinya Mikoshiba tapi orang-orang yang sudah dekat
dengannya lebih suka memanggilnya Mikorin. Kulitnya putih, badannya tinggi
dengan bentuk badan yang kecil. Temannya, Nozaki selalu iri dengan bentuk
badannya. Mikorin termasuk dalam jenis manusia yang tergila-gila dengan kartun
dan game yang disebut otaku.
Menit berikutnya, Akarin, si anak
bungsu dari sembilan bersaudara, masuk ke ruang keluarga dengan membawa enam
gelas panjang yang transparan di atas nampan. Dia letakkan nampan berisi gelas
tersebut di atas meja dihadapan Yona, sebelum balik lagi ke dapur untuk
mengambil dua gelas panjang, semangkok besar es batu, beberapa sedotan, dan
satu teko berisi teh barley dingin.
Dengan hati-hati dan perlahan dia masuk ke ruang keluarga, meletakkan barang
bawannya dan mulai menuang teh barley
ke dalam gelas. Tak lupa dia beri sedotan dan es batu di dalamnya.
“Kak Yona,” panggilnya sambil meletakkan
segelas teh barley dingin di hadapan Yona yang sibuk membaca.
“Makasih, Akkarin,” jawab Yona
dengan senyum lebar di wajahnya.
“Kak Shirayuki,” panggilnya sambil
menyodorkan segelas teh barley dingin ke kakak tertuanya yang juga sama sibuk
membaca.
Shirayuki mendongakkan kepalanya
dari bacaannya. Dia terima gelas yang disodorkan adik bungsunnya itu sambil
tersenyum dan berkta, “Terima kasih, Akkarin.”
Akkarin tersenyum senang
mendengarnya. Kemudian dia memberikan gelas-gelas berisi teh barley dingin ke Kurisu dan Mikorin.
Masing-masing mengatakan terima kasih pada Akkarin. Akkarin sangat senang
mendengarnya.
Setelah memberikan teh barley dingin ke kakak-kakaknya, dia
menuangkan teh barley untuk dirinya
sendiri, meletakkan tiga buah es batu di dalamnya, dan sedotan. Lalu
meneguknya. Dia nikmati setiap tegukan dari teh barley dingin yang mengalir di tenggorokannya, memberikan kesejukan
ke setiap badannya di tengah udara panas minggu siang. Akkarin, anak bungsu
dalam keluarga ini, mempunyai rambut merah panjang sebahu dengan dua cepol yang
selalu menghiasi rambutnya. “Adik manis idaman semua orang” itulah julukan yang
diberikan orang-orang yang mengenalnya.
Dari pintu depan, terdengar suara
pintu dibuka, diiringi seruan malas, “Aku pulang,” dari seseorang yang baru
saja sampai di rumah. Orang itu ternyata Maki, anak ke enam dari delapan
bersaudara. Rambutnya yang berwarna merah panjang lurus sebahu dipotong dengan
bentuk shagy. Maki memiliki suara
merdu dan memiliki bakat musik yang tak dimiliki saudara-saudara lainnya. Dia
juga menjadi salah satu anggota idol di sekolahnya.
“Selamat datang kak Maki, bagaimana
latihannya?” tanya Akkarin saat melihat Maki yang masuk ke ruang keluarga.
Akkarin menuangkan teh barley dingin
sementara Maki berjalan ke arah sofa panjang dan duduk sambil memposisikan
dirinya senyaman mungkin di sebelah Mikorin yang asyik membaca komiknya.
Mikorin kaget dengan Maki yang tiba-tiba duduk di sebelahnya, tapi itu cuma
untuk sementara saja sampai dia kembali tenggelam dalam bacaannya.
“Panas, “ jawab Maki singkat.
“Silahkan,” kata Akkarin sambil
menyodorkan segelas teh barley dingin
kepada Maki.
“Thank you,” balasnya.
“Sejuknya...” kata Maki setelah
meneguk teh barley yang disodorkan
oleh adiknya. Lalu dia mengambil remote
televisi yang tergeletak tak jauh dari tempatnya duduk dan menekannya.
Layar televisi yang semula hitam
mulai menampilkan berbagai macam warna dan tampilan. Kemudian, sebuah iklan
yang penuh dengan warna pink muncul. Mikorin yang mengalihkan perhatiannya ke arah
televisi sebentar terbengong-bengong melihat iklan tersebut, begitu juga dengan
Maki dan Akkarin. Yona yang mendengar kata first
kiss langsung menengadahkan kepalanya dari bacaannya ke arah televisi dan
segera merebut remote televisi dari
tangan Maki sebelum akhirnya mematikannya. Sayangnya iklannya telah selesai
saat Yona berhasil mematikannya.
Maki tiba-tiba berdiri. “Tadi itu
apaan?” tanya Maki dengan nada tak percaya dan ekspresi jijik.
“Hei, tadi iklan menjijikkan apa
itu? Kenapa bisa muncul di televisi?” lanjutnya.
Sementara Mikorin menutup wajahnya
yang merah dengan ke dua tangannya, berusaha menyembunyikan wajah malunya.
Akkarin hanya membeku di tempatnya.
“Tenanglah Maki. Kak Shirayuki tadi
sudah melaporkan iklan tadi ke Badan Sensor Film,” kata Yona mencoba
menenangkan Maki.
“Iklan apaan tadi itu! Dasar bodoh!
Bodoh! Bodoh!” seru Mikorin yang akhirnya memilih mengeluarkan kata hatinya yang
tak bisa ditahannya. Kemudian menutup wajahnya lagi yang masih memerah dengan
ke dua tangannya dan duduk di pojokan dengan memeluk ke dua kakinya.
Semua orang yang ada di ruangan itu
hanya diam melihat Mikorin kecuali Akkarin yang masih membeku di tempatnya.
“Akhirnya dia meledak juga. Yah tak
kaget sih. Melihat iklan menjijikkan seperti itu, siapa yang akan tahan,” kata
Maki dengan tangan di lipat di depan dadanya. Shirayuki, Kurisu dan Yona hanya
bisa meringis ke arah Maki. Mereka tak tahu apa yang harus dikatakan sampai
Akkarin mengeluarkan aura kelam. Aura itu kemudian memeuhi ruangan dan membuat
semua yang ada di ruangan itu kaget.
“A-apa ini?!” seru Kurisu panik
saat merasakan aura kelam yang tiba-tiba memenuhi ruangan.
“Ini...” Yona bahkan tak dapat
meneruskan kata-katanya saat dia merasakan aura tersebut.
Shirayuki segera berlari ke arah Akkarin
yang masih diam di tempat. “Akkarin, kau tak apa?” tanyanya dengan nada cemas.
Akkarin mengangguk. “A - aku baik-baik
saja,” jawabnya. Aura kelam itu langsung menghilang begitu saja.
“Apa itu tadi?” tanya Maki yang
masih kaget dengan aura kelam tadi. Mikorin? Mikorin masih sama duduk dipojokan
dengan ke dua tangan menutupi wajahnya. Kelihatannya dia tak merasakan aura
kelam yang sempat memenuhi udara.
“Ada apa?” tanya Akkarin polos.
Shirayuki menjawab pertanyaan
adiknya itu, “Tadi sempat ada aura aneh yang memenuhi ruangan tapi sekarang
sudah menghilang. Kau tak merasakannya?”
Akkarin menggeleng. “Akkarin sama
sekali tak merasakan apa-apa.”
Shirayuki tersenyum lega
mendengarnya, “Baguslah, jika kau tak merasakannya.”
“Aura tadi itu menjijikkan sekali.
Kau beruntung tak merasakannya,” kata Maki. Akkarin tersenyum mendengarnya. Ya
benar, seperti yang kalian pikirkan, semua orang di ruangan itu tak ada yang
tahu kalau aura tersebut ternyata berasal dari Akkarin.
“Dari tadi kau sepertinya mematung.
Apa iklan itu semengagetkan itukah bagimu?” tanya Maki seraya duduk di
tempatnya semula sementara Shirayuki berjalan ke arah dapur, hendak mengambil biskuit.
“Tidak. Itu... tadi aku ingat
sesuatu yang tak menyenangkan,” jawab Akkarin.
“Heee, apa itu?” tanya Maki
penasaran.
“Ciuman dengan Chinatsu,” jawab
Akkarin yang membuat semua orang di ruangan itu kaget mendengarnya. Begitu juga
dengan Shirayuki yang berdiri di depan pintu sambil memegang stoples berisi
biskuit.
“Apa kau bilang!” teriak Mikorin
dan Maki dengan nada serempak.
“Kau pernah...” Kurisu tak bisa
meneruskan kata-katanya.
“Ciuman...” kata Yona dengan ke dua
tangan menutup mulutnya.
“Tak mungkin...” kata Shirayuki
dengan tatapan tak percaya.
Mikorin menatap ke dua tangannya dengan
tatapan tak percaya sambil berkata, “Akkarin yang masih SMP saja pernah ciuman.
Itu...”
“Aku kalah...” kata Yona lemas.
Lalu Mikorin dan Yona duduk berdampingan di pojokan sambil memeluk ke dua lutut
mereka.
“Ah itu...” Akkarin bingung harus
berkata apa supaya suasananya kembali seperti semula.
Puk. Maki menepuk pundak Akkarin
dan berkata, “Biarkan saja. Sebaiknya kita lupakan hal ini.”
“Tapi...”
Maki memotong perkataan Akkarin
dengan berkata, “Kau tak akan bisa melakukan apa pun. Biarkan waktu yang
menyelesaikan masalah ini.”
Akkarin diam, tak bisa mengatakan
apa-apa.
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar