Ide
dari Danshi Koukousei No Nichijou episode special 4
_____________________________________________________________
Suatu
hari, saat hari sudah berganti malam, Motoharu dan Mitsuo yang baru saja pulang
dari sekolah, jalan kaki hanya berdua melewati jalan kampung untuk menuju ke
rumah mereka. Di tengah jalan Mitsuo mencari topic pembicaraan untuk mengusir
keheningan yang menyelimuti.
Selama
pembicaraan berlangsung, Motoharu terus mengira kalau Mitsuo akan menjahilinya.
Tapi ternyata tidak. Karena rasa kesal akibat semua tebakannya gagal, Motoharu
pun berniat untuk menunjukkan kejahilan sebenarnya kepada Mitsuo.
Dia
tawarkan permen karet yang masih ada kardusnya ke Mitsuo. Mitsuo yang tidak
tahu niat buruk Motoharu menarik permen karet tersebut lalu menjerit sekeras-kerasnya.
Hal itu dikarenakan, keluar seekor kecoa besar saat Mitsuo menarik permen karet
tersebut. Mitsuo yang tidak tahu kalau kecoa itu hanya kecoa mainan merasa kaget.
Hatinya seperti diinjak-injak oleh Motoharu.
Motoharu
yang tidak tahu apa yang dirasakan Mitsuo, tertawa keras sambil berkata, “Kaget
ya? Ini cuma mainan kok.”
Mitsuo
diam sebentar, lalu berteriak, “Sialan!” dengan air mata yang menetes. Kemudian
Mitsuo lari dengan air mata yang terus menetes seraya meninggalkan Motoharu
begitu saja yang kaget dengan reaksinya Mitsuo. Baru kali ini dia melihat
reaksi seperti yang ditunjukkan oleh Mitsuo. Dia tidak tahu apa yang harus
dilakukan setelahnya.
“Sekarang
aku paham. Berbuat jahil sama orang itu tidak baik,” kata Motoharu.
Setelah
Motoharu sampai di rumah dia pun segera mengirim sms berisi minta maaf ke
Mitsuo.
Saat
belajar, ke kamar mandi, menonton tivi, memasak, dia terus mencari kesempatan
untuk melirik hpnya. Melihat apakah Mitsuo membalas smsnya atau tidak. Tapi tidak
satu pun Mitsuo membalas smsnya.
Rasanya
Motoharu ingin segera menelepon nomor Mitsuo untuk minta maaf, tetapi
diurungkan niatnya saat melihat jarum jam yang menunjuk ke angka 10.
*****
Keesokan
harinya, dia melihat Mitsuo yang berjalan di hadapannya, memunggunginya.
“Mitsuo!”
panggil Motoharu seraya mendekatinya.
Mitsuo
menolehkan badannya ke belakang, untuk melihat siapa yang memanggilnya. Saat dia
melihat kalau Motoharu berjalan menghampirinya, Mitsuo langsung lari menjauh.
Motoharu yang melihat larinya Mitsuo merasa sakit hati.
“Tidak
kurasa, rasanya akan sesakit ini.”
Motoharu
terus berusaha untuk meminta maaf kepada Mitsuo secara langsung bahkan sampai
mengejarnya, tetapi hasilnya nihil.
Akhirnya
Motoharu pun curhat kepada teman-temannya yang juga anggota OSIS sama dengan
dirinya.
Di ruang Osis, kebetulan ada Karasawa dan Wakil
ketua Osis. Karasawa hanya diam saja setelah mendengar cerita tersebut.
Sementara wakil ketua Osis berkata, “Hm… Susah juga kalau begitu.”
“Aku
juga tidak tahu harus memberi saran apa,” lanjut wakil ketua Osis.
“Aku
ada ide. Bagaimana kalau…” Karasawa menjelaskan idenya dengan suara sangat
pelan.
“Ide
bagus,” puji wakil ketua Osis.
“Bagaimana
kalau dilakukan sore ini?” kata Karasawa yang langsung mendapat anggukan dari Motoharu
dan wakil ketua Osis.
****
Jam
menunjukkan jarum panjangnya di angka lima. Kelas sudah banyak yang sunyi senyap.
Sebetulnya masih terlihat beberapa murid di sekolah, tapi itu pun tidak ada
setengah dari jumlah siswa sekolah tersebut.
Salah
satunya adalah Mitsuo. Dia berdiri di taman belakang sendirian.
Angin
terus tertiup dengan derasnya, sementara Mitsuo tetap berdiri disana tanpa
bergerak sedikit pun.
“Keluarlah,”
kata Mitsuo tiba-tiba.
“Aku
tahu kalian sedang bersembunyi,” lanjutnya.
Muncullah
Motoharu dari semak belukar, Karasawa yang melompat turun dari atas pohon, dan
wakil ketua Osis yang bersembunyi di balik tembok.
“Aku
tidak tahu tujuan kalian apa memanggilku, tapi akan kuladeni kalian jika itu
memang yang kalian inginkan,” kata Mitsuo.
Motoharu,
Karasawa dan wakil ketua Osis memasang kuda-kuda sebelum akhirnya mulai
mengepung Mitsuo dan melayangkan serangan mereka ke Mitsuo.
Beberapa
menit kemudian, Karasawa dan wakil ketua Osis sudah ambruk. Tinggal Motoharu
dan Mitsuo yang masih bertahan.
“Hebat
juga kau, masih bisa berdiri,” kata Mitsuo.
“Kau
juga hebat,” balas Motoharu.
“Tapi
cuma ada satu dari kita yang bertahan,” lanjut Motoharu.
Dan
langsung mendapat balasan dari Mitsuo, “Benar dan orang itu adalah…”
“Aku!!!”
seru Motoharu dan Mitsuo bersamaan seraya melayangkan tinju ke masing-masing
pipi lawan mereka.
Motoharu
dan Mitsuo pun jatuh bersamaan, kehabisan tenaga. Keheningan mulai menyelimuti
mereka berdua.
“Maaf,”
kata Motoharu beberapa detik kemudian.
“Maaf?
Untuk apa? Kalau minta maaf karena memukulku, bukankah aku juga memukulmu, jadi
kita impas kan?” tanya Mitsuo.
“Bukan
itu,” jawab Motoharu.
“Lalu
untuk apa?” tanya Mitsuo.
“Karena
sudah menjahilimu kemarin,” kata Motoharu. “Dengan kecoa mainan,” lanjut
Motoharu seraya berusaha menyembunyikan rasa malunya.
“Oh
yang itu. Aku sudah memaafkannya kok,” kata Mitsuo seraya duduk.
“Bohong!?”
seru Motoharu yang langsung duduk.
“Yep.
Aku tidak bohong,” jawab Mitsuo dengan santai.
“Kalau
begitu kenapa tadi kamu terus lari saat melihatku?” tanya Motoharu dengan suara
keras.
“Karena
aku ingin boker,” jawab Mitsuo santai.
“Boker?
Memangnya wajahku ini kloset wc, hah?! Sampai orang yang melihat wajahku selalu
ingin boker!” protes Motoharu.
“Bukan
begitu…” jawab Mitsuo dengan nada lirih.
“Kalau
bukan begitu lalu apa!”
“Itu…
karena…” Mitsuo menggantungkan kalimatnya.
“Karena?”
“Karena
tadi mencret,” jawab Mitsuo sambil menahan malu.
Langsung
hening seketika.
“Maaf,”
kata Motoharu setelah beberapa detik kemudian.
Mitsuo
hanya mengangguk.
“Berarti
kita masih teman?” tanya Motoharu dengan lagak keren.
“Tentu
saja,” jawab Mitsuo sambil tersenyum lebar, diikuti Karasawa dan wakil ketua
Osis yang ikut senang melihat mereka berbaikan.
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar