Halo semuanya ^O^ /
Kali ini ceritanya tentang dua tokoh dari Love Live, Nozomi dan Eli :3 :3
selamat menikmati~
TARUHAN
Sebentar lagi hari Valentine
tiba yang artinya Muse akan mengeluarkan single terbaru mereka yang bertemakan
valentine. Judulnya adalah Mo Gyutto 'Love' de Sekkinchuu! Dengan panggung yang
bertaburan warna pink dan berbagai hiasan, mereka akan menari dan menyanyi
dengan memakai seragam maid.
Di ruang ganti dimana banyak
sekali loker berbentuk persegi panjang yang berdiri tersusun rapi, Eli sendirian
di sana sibuk memakai baju yang sudah dipersiapkan untuk pengambilan gambar single
Muse.
“Maid ya...” katanya sambil
menghela napas setelah memakai baju itu.
“Mereka bilang maid itu manis.
Tapi tak harus maid juga seragamnya. Di tambah lagi apa benar seperti ini
pakainya ya?”
Eli terus melihat ke arah
cermin yang memperlihatkan dirinya dalam balutan seragam maid yang seksi.
Kemudian dia mencoba melakukan beberapa gerakan tarian yang nanti akan
ditarikannya.
Tiba-tiba Nozomi masuk dan
membuat Eli kaget setengah mati.
“Nozomi! Ketuk pintunya dulu!”
bentak Eli yang hanya mendapat cengiran dari Nozomi.
“Hmm...” gumam Nozomi seraya
mengedarkan pandangannya ke arah Eli dari atas kepala hingga ujung kaki dengan
wajah serius.
“Jangan melihatku dengan wajah
seperti itu,” perintah Eli kemudian berjalan ke lokernya. Satu per satu, Eli
masukkan barang-barang miliknya ke dalam lokernya.
Setelah selesai memasukkan
semua barangnya, Eli membalikkan badannya dan dengan gerakan tak diduga, Nozomi
memegang rambut Eli dengan hati-hati seperti memegang barang berharga.
“A—” Eli hendak meronta tapi Nozomi
mendekatkan jari telunjuknya ke mulut Eli seraya berkata, “Kau diam sebentar
ya. Biar kurapikan untukmu.”
Eli menurut dan langsung diam
sesaat. Nozomi tersenyum manis sebelum akhirnya dia mendekatkan tubuhnya ke
Eli. Dengan berjinjit, Nozomi mulai sibuk membetulkan posisi pita Eli yang agak
miring. Nozomi tak sadar bahwa Eli berusaha untuk memalingkan mukanya dari dada
Nozomi yang hampir menutupi seluruh mukanya. Aroma manis dari parfum yang
dipakai Nozomi tercium dari tubuhnya, membuat wajah Eli memerah. Eli menutup
matanya erat-erat, kedua tangannya mengepal, tubuhnya kaku dan menegang.
Jantungnya terus berdetak dengan cepat seakan hendak meledak.
Dengan cepat, Nozomi
membetulkan membetulkan letak bando, pita di pinggangnya Eli, rok, dan posisi apronnya
Eli.
“Sudah selesai,” kata Nozomi
sambil berbisik di telinga kanannya Eli dengan nada menggoda.
Eli kaget dan menutup
telinganya dengan wajah semerah kepiting rebus. “Terima kasih,” katanya seraya
memalingkan muka supaya wajah merahnya tak terlihat oleh Nozomi.
“Kau bilang apa?” goda Nozomi.
“Aku bilang... terima kasih...”
jawab Eli dengan nada lirih seraya menundukkan kepalanya.
Ekspresi nakal terlihat di
wajah Nozomi.
“Kenapa mukamu merah sekali,
Elichi?” tanya Nozomi kemudian.
“Jangan-jangan...” Nada suara
Nozomi berubah khawatir dan tiba-tiba dia melompat memeluk Eli. Eli tentu saja
kaget dengan gerakan Nozomi.
“No...” Lagi-lagi Nozomi
mendekatkan jari telunjuknya ke mulut Eli, membuat Eli tak bisa meneruskan
kalimatnya. Sambil berjinjit, Nozomi mendekatkan wajahnya ke telinga kiri Eli
kemudian berkata dengan nada menggoda, “Mau melanjutkannya?”
Eli menatap ke arah Nozomi
dengan pandangan tak percaya, sementara Nozomi hanya memasang senyuman manis di
wajahnya.
“Bercanda kok~” kata Nozomi santai
kemudian diiringi Nico dan Rin yang muncul dari balik loker. Masing-masing membawa
handycam. Maki, Kotori, Umi yang
wajahnya merah dan Hanayo muncul dari balik pintu. Yang tak kelihatan hanya
Honoka seorang.
“Kalian...” Eli bingung melihat
mereka semua datang terutama Nico dan Rin yang masing-masing membawa handycam.
“Apa yang kalian...” Sebelum Eli
sempat meneruskan perkataannya, Nozomi memotongnya dengan teriak, “Aku menang!”
Eli tentu saja tambah
kebingungan melihat reaksinya Nozomi yang senang sekali.
“Hari ini makan malamnya yakiniku~ yakiniku~ yakiniku~” kata
Nozomi kemudian sebelum akhirnya mengubah semua lirik dari “Mo Gyutto 'Love' de
Sekkinchuu!” Dengan satu kata “yakiniku”
Rin menghela napas seraya
berkata “Kita kalah deh nya~”
“Benar-benar deh. Kalau sudah yakiniku apapun akan dilakukannya,” kata
Nico.
Eli masih tak paham dengan apa
yang terjadi. Dia memandang ke arah Umi yang wajahnya masih merah, Kotori dan Hanayo
dengan tatapan meminta penjelasan.
“Hari ini Nozomi-chan mengajak
bertaruh jika dia bisa membuat adegan mesra dengan Elichi, makan malamnya yakiniku,” jawab Hanayo menjelaskan
situasinya.
“Lalu Nico dan Rin bertugas
merekam adegan itu dengan bersembunyi di balik loker. Karena hanya mereka yang
muat di dalam sana,” jelas Umi sambil menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan
wajah merahnya.
“Dan karena dia berhasil
melakukannya, makan malam hari ini yakiniku,”
kata Kotori.
Eli memandang mereka bertiga
dengan pandangan kosong. Sepertinya dia berusaha keras mencerna penjelasan
mereka bertiga.
“Ah satu hal lagi. Kami minta
para staff untuk memasang kamera di sana, sana dan sana,” kata Kotori, menunjuk
ke arah cermin dan setiap sisi dinding yang menghadap ke arah tempat dia
berdiri.
“Sementara aku, Umi-chan, Kotori-chan,
Honoka-chan menyaksikan kalian berdua dari ruang pengawas,” kata Hanayo.
“Tunggu dulu! Kalian berempat melihat
kami berdua dari ruang pengawas?” tanya Eli yang mendapat anggukan kepala dari
Hanayo, Kotori, dan Umi.
“Kalian sangat mesra sekali...”
kata Umi dengan wajah yang masih memerah.
“Kalau gitu kalian juga lihat
aku yang sedang ganti baju donk!” kata Eli dengan suara agak keras yang
lagi-lagi mendapat anggukan kepala dari mereka bertiga.
“Ah, aku hampir lupa. Sekarang
Honoka sedang minta ke produser agar memasukkan adegan mesra kalian ke dalam video
klipnya,” kata Kotori.
Eli tentu saja langsung
berteriak, “Apa!?”
Kemudian dia menyeret baju
bagian punggung Nozomi untuk menemui produser untuk memohon agar adegan
tersebut tak dipakai. Nozomi meronta tak mau, tapi Eli terus menyeretnya hingga
akhirnya Nozomi dan Eli memohon ke produser agar adegan tersebut tak dimasukkan
ke dalam video klip. Untungnya pak produser pun menyetujui permohonan tersebut.
—THE END—
Tidak ada komentar:
Posting Komentar