Diary Gadis
Pemalas
*Perkenalan*
Catatan:
Jangan dipraktekan! Ini hanya ungkapan pikiran si penulis saja biar tak stress,
jadi jangan dilakukan di rumah, di jalan atau di mana pun anda berada. Jika
kalian melakukan hal yang sama sepertiku. Tanggung
sendiri akibatnya!
————————————————————————————————
“Namaku gadis pemalas. Umur lupa,
karena aku malas mengingatnya. Orang-orang biasa mengira umurku dua puluh
tahunan," kataku sambil nyengir.
Tiba-tiba sebuah ide muncul di otakku, "Sudah kuputuskan! Umurku adalah 21 tahun. Hehehe. Tentu saja, karena
aku malas mengingat umurku sebenarnya, jadi lebih mudah mengarangnya. Seperti namaku,
aku orangnya sangat malas. Jadi jangan kaget jika kau melihat rambut panjangku
yang kusut tak terawat. Rambutku panjang bukan karena aku ingin
memanjangkannya. Itu karena aku malas ke salon untuk potong rambut saja. Bukan.
Aku punya uang kok. Kau tahu sendiri lah! Jalanan yang panas dan panjang. Lihat
saja sudah menguras tenaga. Lebih enak bermalas-malasan sambil kipasan. Tidur di
lantai yang dingin. Rasanya hidup enak sekali,” kataku panjang lebar dengan
wajah terus menerus menampilkan cengiran lebar.
“Aneh, jika dirasa-rasa ternyata
tak sedingin tadi. Panasnya negeri ini,” keluhku sambil memutar-mutar tubuhku
di atas lantai. Karena masih tak merasa dingin, aku pun bangkit. Kutolehkan kepalaku
ke kanan dan ke kiri dan berhasil menemukan sebuah kipas. Kugoyangkan kipas
tersebut sehingga tubuhku terkena tiupan anginnya yang semilir.
“Rasanya memang enak sekali,”
kataku puas. Sayangnya itu tak berlangsung lama. Makin lama kugoyangkan kipas
ini rasanya tangan jadi capek. Kubalikkan badanku dan menelusuri ruangan dengan
mataku. Telelelelelelet! Aku berhasil menemukan kipas angin. Kupasang kabelnya ke
stop kontak yang tak jauh dari sana dan menyalakannya. Hembusan angin meniup kulit
wajahku. Meninggalkan rasa sejuk yang sangat menyenangkan.
“Ah, enaknya~” kataku lagi dengan
nada puas.
“Dan begitulah kegiatanku setiap
harinya. Bermalas-malasan!” seruku bangga. Lima menit kemudian, aku membalikkan
badanku untuk mengambil es sirup tapi tak jadi kulakukan karena aku merasa
rambutku seperti di tarik.
“Adadadadadadada... Argh!” teriakku
kesakitan. Ternyata rambutku nyangkut di baling-baling kipas. Makin lama tarikannya
makin keras. Harusnya aku bisa menekan tombol untuk mematikan kipas anginnya,
tapi aku terlalu malas. Hasilnya aku seperti main tarik tambang dengan kipas
angin itu. Tentu saja rambutku sebagai tambangnya.
Dan akhirnya, beberapa helai
berhasil lepas dari kulit kepalaku. Sakit? Tentu saja! Rasanya sepuluh kali
lipat di jambak perempuan. Suakit buanged.
“Dan begitulah. Hasil dari kegiatan
malas-malasku. Sampai jumpa ke topik selanjutnya,” kataku dengan nada yang
jelas sekali pura-pura senang karena menahan sakit.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaw!” seruku pada
akhirnya.
——THE END——
Tidak ada komentar:
Posting Komentar