Sabtu, 27 Juni 2015

Diary Gadis Pemalas

Diary Gadis Pemalas
*Perkenalan*

Catatan: Jangan dipraktekan! Ini hanya ungkapan pikiran si penulis saja biar tak stress, jadi jangan dilakukan di rumah, di jalan atau di mana pun anda berada. Jika kalian melakukan hal yang sama sepertiku. Tanggung sendiri akibatnya!
————————————————————————————————
“Namaku gadis pemalas. Umur lupa, karena aku malas mengingatnya. Orang-orang biasa mengira umurku dua puluh tahunan," kataku sambil nyengir. 



Tiba-tiba sebuah ide muncul di otakku, "Sudah kuputuskan! Umurku adalah 21 tahun. Hehehe. Tentu saja, karena aku malas mengingat umurku sebenarnya, jadi lebih mudah mengarangnya. Seperti namaku, aku orangnya sangat malas. Jadi jangan kaget jika kau melihat rambut panjangku yang kusut tak terawat. Rambutku panjang bukan karena aku ingin memanjangkannya. Itu karena aku malas ke salon untuk potong rambut saja. Bukan. Aku punya uang kok. Kau tahu sendiri lah! Jalanan yang panas dan panjang. Lihat saja sudah menguras tenaga. Lebih enak bermalas-malasan sambil kipasan. Tidur di lantai yang dingin. Rasanya hidup enak sekali,” kataku panjang lebar dengan wajah terus menerus menampilkan cengiran lebar.
“Aneh, jika dirasa-rasa ternyata tak sedingin tadi. Panasnya negeri ini,” keluhku sambil memutar-mutar tubuhku di atas lantai. Karena masih tak merasa dingin, aku pun bangkit. Kutolehkan kepalaku ke kanan dan ke kiri dan berhasil menemukan sebuah kipas. Kugoyangkan kipas tersebut sehingga tubuhku terkena tiupan anginnya yang semilir.
“Rasanya memang enak sekali,” kataku puas. Sayangnya itu tak berlangsung lama. Makin lama kugoyangkan kipas ini rasanya tangan jadi capek. Kubalikkan badanku dan menelusuri ruangan dengan mataku. Telelelelelelet! Aku berhasil menemukan kipas angin. Kupasang kabelnya ke stop kontak yang tak jauh dari sana dan menyalakannya. Hembusan angin meniup kulit wajahku. Meninggalkan rasa sejuk yang sangat menyenangkan.
“Ah, enaknya~” kataku lagi dengan nada puas.
“Dan begitulah kegiatanku setiap harinya. Bermalas-malasan!” seruku bangga. Lima menit kemudian, aku membalikkan badanku untuk mengambil es sirup tapi tak jadi kulakukan karena aku merasa rambutku seperti di tarik.
“Adadadadadadada... Argh!” teriakku kesakitan. Ternyata rambutku nyangkut di baling-baling kipas. Makin lama tarikannya makin keras. Harusnya aku bisa menekan tombol untuk mematikan kipas anginnya, tapi aku terlalu malas. Hasilnya aku seperti main tarik tambang dengan kipas angin itu. Tentu saja rambutku sebagai tambangnya.
Dan akhirnya, beberapa helai berhasil lepas dari kulit kepalaku. Sakit? Tentu saja! Rasanya sepuluh kali lipat di jambak perempuan. Suakit buanged.
“Dan begitulah. Hasil dari kegiatan malas-malasku. Sampai jumpa ke topik selanjutnya,” kataku dengan nada yang jelas sekali pura-pura senang karena menahan sakit.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaw!” seruku pada akhirnya.

——THE END——






Tidak ada komentar:

Posting Komentar